Mau Minta Apa Lagi?

Apa lagi yang harus gw minta sama Tuhan untuk usia gue yang ke-27 ini? Banyak.

Ya. Banyak yang mau gw minta, seperti:
Belanja tanpa harus mikir.
Boleh jadi orang yang berguna.
Boleh bisa nyenengin orangtua.
Bisa jadi orang yang mampu mengungkapkan apa yang dirasa.
Boleh berdamai dengan masa lalu.
Bisa jalan-jalan sama keluarga tanpa pusing.
Bisa ke sana kemari sesuka hati.
Bisa jadi orang yang supel dan easy going.
Bisa jadi orang yang ga pusing sama hal2 gak penting.
Dan berbagai semoga-semoga lainnya.

Itu semua mau gue minta.
Tapi, melihat apa yang udah ada di depan mata, rasanya terlalu banyak jika masih meminta lagi.

Orangtua.
Kado dari segala kado yang pernah gw terima.
Dari mereka, gw belajar bagaimana cara bertahan hidup.
Dari mereka, gw belajar pentingnya hubungan erat dengan kakak adik.
Dari mereka, gw belajar gimana caranya bersosialisasi.
Dari mereka, gw belajar gimana hidup di masyarakat, basa-basi sama tetangga, meski gue ga suka.
Dari mereka, gw belajar gimana caranya untuk ga sombong dan hidup sederhana.
Dari mereka, gw belajar bahwa warisan terpenting adalah ilmu dan nilai-nilai hidup, bukan uang, rumah, tanah, atau materi lainnya.

Dari nyokap, gw belajar bahwa meski lo cewek, lo tetep harus bisa menghasilkan uang.
Dari nyokap, gw belajar bahwa nggak boleh ngemis2 ke siapa pun, apalagi lelaki. Perempuan harus bisa mandiri.
Ya, nyokap ngajarin buat rada sombong emang. HAHAHA.
Dari nyokap, gw belajar bahwa meskipun lo seorang ibu dan kerja, urusan rumah tangga dan karier tetep bisa jalan beriringan.
Dari nyokap, gw belajar bahwa jangan berekspektasi tinggi pada apa pun dan siapa pun. Gue juga belajar untuk selalu nyiapin hal yang terburuk. Meski bagian ini kebablasan dan membuat gw jd pesimis.
Dari nyokap, gw juga belajar untuk mendahulukan yang lain dibanding diri sendiri.

Dari bokap, gw belajar untuk berbagi bahkan dari kekurangan yang kita punya.
Dari bokap, gw belajar bahwa bekerja perlu, tapi keluarga tetap nomor satu.
Dari bokap, gw belajar untuk "nggak ngoyo" sampai mengabaikan yang lain.
Dari bokap, gw belajar untuk lebih santai dalam hidup karena dia tau ada Yang Campur Tangan meskipun dia nggak pernah bilang.
Dari bokap, gw belajar untuk menjaga nama baik keluarga.
Dari bokap, gw belajar untuk ramah ke siapa pun, terutama mereka yang tidak lebih beruntung dari kita.
Dari bokap, gw belajar bahwa contoh jauh lebih efektif daripada nasihatin orang sampai berbusa itu mulut.

Dari keduanya, gue belajar cara berdemokrasi dalam keluarga.
Dari keduanya, gue belajar untuk bersikap bijaksana.
Dari keduanya, gue tahu harus bagaimana membesarkan keluarga.
Dari keduanya, gue tahu bagaimana harus bersikap jika suatu saat nanti gue harus menghadapi kehidupan dan melepas "hal" yang bukan lagi di gue kendalinya.

Cuma itu yang gue pelajari? Nggak. Banyak.
Bahkan yang nggak bisa gue serap karena gue bebal.

Punya orangtua demokratis, bijaksana ketika melepas anaknya, menjaga hati anaknya agar tak terus dirundung benci ... Mau minta apa lagi?

Begitu besar kado yang dikasih dan nggak pernah, nggak akan habis sampai kapan pun. Masih mau minta apa lagi?

Punya keluarga yang hangat, kakak yang nyebelin tapi sayang, punya adik yang nyebelin tapi perhatian, punya pasangan hidup yang "waras", mau minta apa lagi?

Punya pekerjaan yang akhirnya pas, rekan kerja menyenangkan, lingkungan asyik, masih mau minta apa lagi?

Punya tempat tinggal, nggak berkekurangan, nggak kelaperan, masih bisa makan enak, mau minta apa lagi?

Hadiah yang terlalu banyak, tak pernah habis, tak ternilai, tak tergantikan, masih mau minta apa lagi?

Banyak, tapi nggak berani rasanya.
Sudah terlalu banyak gw meminta.
Malah, rasanya sampai takut tak lagi bisa menampung.
Takut terlalu melekat dengan hadiah yang sudah ada.
Takut jadi mendewakan hadiah yang sudah ada dan jadi buta dengan yang lain.

Meski sebenarnya, mungkin sudah.

Jadi, cukup.
Cukup mereka selalu sehat.
Cukup mereka bahagia.
Cukup mereka nyaman.
Cukup mereka tetap menjaga kebaikan yang ada dalam diri mereka.

Wah, jadi banyak.
Tapi, sudah. Itu saja.

Terima kasih karena terlalu baik di dalam hidup ini.
Terima kasih karena tetap menerima sekalipun kadang berlari dan menyimpang lebih menyenangkan dilakukan.
Terima kasih karena tak mengambil sumber kebahagiaan selama ini.
Terima kasih atas kesempatan memiliki semua yang telah dimiliki saat ini.
Terima kasih karena selalu mengampuni di kala tak ada syukur yang terucap.