Kalau ditanya, ada nggak penyesalan selama 31 tahun hidup, jawabannya ada. Banyak.
Sudah ikhlas? Belum.
Dari semua penyesalan yang masih dibawa ke mana-mana, ada satu yang … apa ya … bukan besar banget, tapi tetap agak kepikiran.
Penyesalan tentang terlambatnya kesadaran dalam memandang waktu.
Ternyata bener, orang baru berasa kehilangan kalau barangnya udah nggak ada. Kalau pas punya? Ya, we take it for granted aja. Sama halnya kaya waktu.
Kemarin baca,
“The biggest mistake we make in life is thinking we have time.”
Yah, ini yang terjadi. Dulu, dan kadang, sekarang.
Semakin tua, baru bener-bener sadar apa maksudnya. Kalau zaman (((muda))) dulu, sih….
A: Main yuk tanggal sekian
Ayo….
B: Ketemuan, dong, hari Sabtu
Leggoooo
C: Eh, si D ke Jakarta, ayolah main weekday pulang kerja.
Gassss!
Giliran orangtua atau keluarga yang ngajak:
Yahhhhh, udah ada janji….
Nggak bisa, Rena mau pergi sama si A
Atau,
“Ntar aja ah ngerjainnya, leyeh-leyeh dulu.”
“Besok ajalah, masih ada waktu.”
“Nanti aja, kalau udah punya ABCD baru dilakuin bareng”
Suka lupa, kalau kita ga akan selamanya punya waktu sama mereka.
Suka lupa, kalau besok mungkin aja nggak ada.
Nggak cuma masalah jatah umur, tapi juga bahwa kehidupan akan membawa kita ke fase lain, yang membuat prioritas kita berubah, sekalipun kita masih di garis waktu yang sama.
Masuk fase kerja, sibuk kerja, waktu buat keluarga berkurang.
Masuk fase pernikahan, sibuk kerja, membangun rumah tangga yang baru, waktu buat orang terdekat berkurang.
Salah? Nggak. Emang fasenya begitu. Toh, itu terjadi atas pilihan yang kita buat.
Tapi, yaah, namanya manusia emang kadang serakah. Mau semuanya sekaligus 🙂
Dulu, setiap bertambah umur, kalau ditanya mau apa, mungkin akan ada list panjang yang bikin si penanya menyesal sudah bertanya.
Sekarang, kayanya nggak lagi. Mungkin ada, tapi keinginannya nggak sebesar dulu lagi.
Mungkin sekarang lebih pengin:
Ngobrol atau pergi bareng sama pasangan lebih sering.
Liburan atau pergi sama keluarga lebih sering.
Bisa meluangkan waktu lebih sering untuk berkunjung.
Intinya, ingin quality time lebih sering dengan keluarga terdekat tanpa harus kebanyakan mikirin orang lain.
Siapa yang nggak mau?
Yah, semoga, di tahun ini, ada lebih banyak waktu untuk itu semua.
Ada lebih banyak keikhlasan yang bisa membuat kita melakukan itu.
Terus bersedih dan memikirkan berbagai “what if” juga bukan cara yang benar untuk living in a present, kan?
Di hari ini, beberapa hal yang akan selalu disyukuri, bahkan mungkin dalam kehidupan yang lain:
Memiliki keluarga yang saat ini dimiliki.
Memiliki pasangan yang saat ini dimiliki.
Memiliki teman yang tidak menuntut.
Dan dikelilingi oleh orang yang mengerti, bahkan untuk hal-hal yang irasional, hal-hal yang tidak lazim bagi mereka sekalipun.
Semoga lebih banyak kesadaran dan kedewasaan yang bisa muncul di tahun ini.