Pada saatnya nanti,
Semua anak akan bertumbuh dewasa.
Pada saatnya nanti,
Kita akan mulai mengambil jalan masing-masing.
Menentukan arah dan terlepas dari pengikat.
Pada saat itulah,
Rumah yang ramai akan menjadi sepi.
Pada saat itu,
Tak ada lagi makan malam di satu meja bersama-sama.
Pada saat itu,
Tak lagi kau punya waktu untuk berkumpul di satu ranjang usang untuk berbincang atau hanya sekadar asyik dengan kesibukan masing-masing.
Pada saat itu,
Tak bisa lagi kesempatan mengatur janji pergi sesuka hati.
Pada saat itu,
Tak bisa lagi sesuka hati ikut ke sana kemari dengan mereka yang setiap hari ditemui, karena ada hati yang harus dijaga.
Pada saatnya nanti,
Hari raya penting tak lagi bisa dirayakan bersama.
Pada saat itulah,
Tatap muka akan menjadi suatu hal yang dirindukan, meski sebelumnya setengah mati kita hindari dan rutuki.
Pada saatnya nanti,
Bertambah usia tak lagi bisa dinikmati dengan seluruh orang tercinta, hanya segelintir saja sudah lebih dari cukup. Yang penting, kau melihat mereka yang kau sayang ada di depanmu. Menatap balik dengan penuh kasih, bukan iri.
Pada saatnya nanti,
Akan ada masa di mana dirimu tak lagi ikut dalam pembicaraan yang sama.
Melempar sebuah topik, yang nyatanya sudah habis dibahas.
Saat itu, dirimu mungkin sudah berada dalam garis tipis di luar lingkaran.
Atau, lingkaran itu sudah mengecil sehingga dirimu tak lagi muat untuk bergabung di dalamnya.
Pada saatnya nanti,
Hidupmu bukan lagi milikmu bahkan ketika kau masih ada di dunia ini.
Tak perlu pedulikan orang lain katamu? Andai pada saat itu bisa kukatakan, "Silakan kau coba sendiri."
Tapi, tak ada satu orang pun di dunia ini yang memiliki jalan sama, bukan? Jadi, masih mungkinkah itu kukatakan?
Pada saatnya nanti,
Semua orang paham bahwa akan ada saatnya semua berubah.
Dan pada saat itu,
Semua orang mengerti bahwa itulah hidup.
Lalu, kamu? Kapan kamu akan paham?
Semua anak akan bertumbuh dewasa.
Pada saatnya nanti,
Kita akan mulai mengambil jalan masing-masing.
Menentukan arah dan terlepas dari pengikat.
Pada saat itulah,
Rumah yang ramai akan menjadi sepi.
Pada saat itu,
Tak ada lagi makan malam di satu meja bersama-sama.
Pada saat itu,
Tak lagi kau punya waktu untuk berkumpul di satu ranjang usang untuk berbincang atau hanya sekadar asyik dengan kesibukan masing-masing.
Pada saat itu,
Tak bisa lagi kesempatan mengatur janji pergi sesuka hati.
Pada saat itu,
Tak bisa lagi sesuka hati ikut ke sana kemari dengan mereka yang setiap hari ditemui, karena ada hati yang harus dijaga.
Pada saatnya nanti,
Hari raya penting tak lagi bisa dirayakan bersama.
Pada saat itulah,
Tatap muka akan menjadi suatu hal yang dirindukan, meski sebelumnya setengah mati kita hindari dan rutuki.
Pada saatnya nanti,
Bertambah usia tak lagi bisa dinikmati dengan seluruh orang tercinta, hanya segelintir saja sudah lebih dari cukup. Yang penting, kau melihat mereka yang kau sayang ada di depanmu. Menatap balik dengan penuh kasih, bukan iri.
Pada saatnya nanti,
Akan ada masa di mana dirimu tak lagi ikut dalam pembicaraan yang sama.
Melempar sebuah topik, yang nyatanya sudah habis dibahas.
Saat itu, dirimu mungkin sudah berada dalam garis tipis di luar lingkaran.
Atau, lingkaran itu sudah mengecil sehingga dirimu tak lagi muat untuk bergabung di dalamnya.
Pada saatnya nanti,
Hidupmu bukan lagi milikmu bahkan ketika kau masih ada di dunia ini.
Tak perlu pedulikan orang lain katamu? Andai pada saat itu bisa kukatakan, "Silakan kau coba sendiri."
Tapi, tak ada satu orang pun di dunia ini yang memiliki jalan sama, bukan? Jadi, masih mungkinkah itu kukatakan?
Pada saatnya nanti,
Semua orang paham bahwa akan ada saatnya semua berubah.
Dan pada saat itu,
Semua orang mengerti bahwa itulah hidup.
Lalu, kamu? Kapan kamu akan paham?