Gue adalah orang yang mudah stres. Bahkan untuk hal yang dianggap orang lain mudah, hal itu bisa memenuhi sebagian besar pikiran dari pagi sampai malam bahkan saat tidur.
Beberapa bulan ini, otak gue dipenuhi dengan pemikiran bagaimana caranya mengubah pola pikir seseorang. Bagaimana caranya menghilangkan rasa benci yang seharusnya tak boleh muncul. Bagaimana caranya untuk “memaki” tapi nggak ada yang dengar namun pesannya bisa sampai (naon?). Bagaimana caranya menyindir orang yang dibenci di sosial media, tapi dia nggak main sosial media, tapi tetap harus sampai. Bagaimana caranya agar memberi tahu orang bahwa “cara pikir lo tuh nggak boleh gitu” tapi terbentur dengan norma-norma kesopanan.
Pusat hidup gue berubah jadi terus-menerus berpikir tentang “bagaimana caranya”. Gue tahu nggak boleh membenci, tapi rasa bencinya terus menghantui ya gimana dong. HAHAHAHA. Bagaimana caranya agar gue tidak membenci orang yang tidak boleh gue benci, sementara rasa benci dan kesal itu nggak bisa dibendung. Pernah begitu?
Stres pasti. Benci pasti. Apa yang terjadi? Berantakan (asek dramatis) HAHAHAHA. Ya tapi memang menyebalkan. Semua orang kena getahnya. Menstruasi terganggu. Seumur hidup nggak pernah gw telat, kali ini telat sampai 2 minggu. Dampak lain? Susah banget buat senyum dan ceria. Mood jelek. Ya, cukup berantakan buat gue. Kalau bisa ngomong kasarnya, gw akan bilang, “Tau gitu, nggak gw ambil keputusan ini.” Eh abis itu langsung mikir nggak boleh gitu, Ren. Ya, sebingung itu gue menjalani hidup beberapa bulan terakhir. Intinya, gue benci sama orang yang telah menempatkan gue dalam posisi sampah macam sampah kaya gini.
Apa yang gw lakukan? Cari orang yang tepat yang bisa membantu memberikan masukan. Masalah selesai begitu saja? Jelas nggak. Apa lagi? Berdoa. Langsung terkabul? Sayang, ini bukan sinetron azab. Doanya pun jadi sekadarnya aja. Kalau pas lagi ingat didoakan, kalau nggak, ya sudah. Sefrustrasi itu dan se-nggak-tau itu mau apa sama masalah ini.
Sampai suatu waktu gw mendoakan lagi. Beberapa hari setelahnya, ada perasaan yang beda. Nggak merasa stres ketika harus bertatap muka.
Nggak ada lagi perasaan, “Kenapa lo benci sama gue? Emang gw salah apa?”.
Nggak muncul lagi pemikiran, “Kenapa lo marah sama gue atas kesalahan yang tidak gue lakukan?”
Nggak lagi mikirin, “Apaan sih, lo, nggak jelas banget.”
Ya, ada sih. Dikit, tapi nggak lagi menjadi pusat dunia gw. Saat itu gw langsung merasa, Gue yang biasa nggak bakalan menghadapi masalah begini dengan cara yang gw lakukan sekarang. Ada apa nich sama akuhh.
Menyadari bahwa Tuhan bekerja dengan nyata dalam hidup kadang membuat gw merasa takjub. Entah apa sebabnya Dia menjawab doa gw saat ini. Entah apa yang mau dia tunjukkan. Mungkin dia hanya ingin mengingatkan, bahwa apa pun yang terjadi, sekalipun gw jarang ngobrol sama Dia dan sekalinya ngobrol kalo butuh doang, Dia tetap sama dan nggak mendendam. Lantas, kalau dia saja nggak mendendam, kenapa gw harus mendendam?
Oh, ya sebel sih ada ya dikit (?) HAHAHAHA. Tapi, I don't care anymore about what you did. If you mad at me, that's your problem. Not mine.
Too many grace I've got to focus on people who bring the problems in my life. Just bring it by yourself and I'll watch you carry them all. If you feel burdened, and that's your problem. Not mine.
Baru 2 minggu, semoga bertahan selamanya. Karena menghitung berkatmu jauh lebih baik daripada fokus terhadap 1 masalah. Karena jika kita hanya melihat apa yang tidak kita dapat sampai kapan pun kita tidak akan pernah merasa cukup.