Kerjaan Baru, Gue yang Baru

Berhubung udah nggak baru-baru amat tahunnya, judul terpaksa mengalami penyesuaian. Tulisan ini bisa dibilang adalah kelanjutan dari tulisan yang berjudul "Tahun Baru, Kerjaan Baru, Gue yang Baru". Iya, yang huruf 'e' di kata 'asek'-nya banyak banget. Biar asyik maksudnya mah.

Tulisan ini sebenernya udah ke-pending satu bulan dari batas waktu yang sudah gue tentukan sendiri. Maklum, namanya juga orang kebanyakan mikir. Padahal nggak jelas apa yang dipikirin.

Secara resmi, proses probation berhasil dilalui. Thanks God, gue tetap punya gaji di setiap bulannya tanpa harus minta ke orangtua.

Title untuk pekerjaan gue adalah Corporate Communication Officer. Keren ya? Terdengar keren. Tapi, ya biasa aja sih kaya kerjaan lain pada umumnya. Nggak sekeren title "Owner", masih buruh-buruh juga soalnya.

Pekerjaan ini jelas berbeda 180 derajat dari pekerjaan sebelumnya. Dari segi pekerjaan, yang dulu lebih ketat karena ibaratnya, posisi yang gue pegang adalah operasional perusahaan. Jadi, songongnya, produk perusahaan bergantung sama gue (baca: posisi yang gue tempati, bukan orangnya). Nah, kalau pekerjaan di sini sifatnya supporting unit. Artinya, hanya pendukung, mesin utamanya ada sendiri. Jadi, yes, lebih nggak tinggi tensinya.

Secara target, ini lebih menyenangkan banget. Karena sifatnya supporting, nggak ada target atau angka pasti. Pekerjaan yang kita lakukan biasanya by project. Nggak harus tertekan melihat muka bos yang menuntut untuk tercapainya suatu angka pasti, lebih jauh, tak harus mengecewakan orang lain karena kita tak berhasil memenuhi ekspektasi mereka.

Terlepas dari pekerjaan mana yang lebih enak dan menyenangkan untuk dijalani, gue belajar satu hal dari semua proses satu ini. Eh, nggak cuma satu deh, banyak. Beberapa lah.
  1. Dengan mencoba sesuatu hal yang baru, kita bisa semakin mengenal diri sendiri. Kita jadi lebih tau apa yang senang kita kerjakan dan mana yang tidak.
  2. Bermodal poin nomor satu, kita jadi bisa menemukan passion kita. Dengan bekal itu pula, kita jadi memiliki arah yang lebih jelas untuk mengambil langkah selanjutnya.
  3. Mengetahui dunia lebih luas. Bukan berarti menjadi loyal dalam sebuah pekerjaan menjadikan diri kita sebagai orang yang kurang berwawasan, sebab banyak cara kok untuk menambah wawasan kita. Namun, ada beberapa jenis pengetahuan dan wawasan yang nggak akan bisa dipelajari selain lewat mengalaminya sendiri. 
  4. Pola pikir yang berubah. Berada di suatu tempat yang baru tentu mengharuskan kita untuk mengubah pola pikir. Sebab, tempat yang satu dan tempat yang lain tentu nggak sama. Mereka pasti memiliki perbedaan walau hanya sedikit. Masalah yang akan dihadapi pun berbeda, jadi mustahil kamu membuka dua pintu yang berbeda hanya dengan satu kunci kan? (bisa sih, kunci rumah gue bisa. Kayanya yang buat kuncinya salah deh. Tapi kuncinya cuma bisa dari luar, kalau dari dalam tetap nggak bisa. Yasudahlah ya..)
Kalau dilihat dari poin-poin di atas emang kesannya sepele sih. Kok kayanya big effort banget hanya untuk 'menemukan' diri sendiri.

Hmm ... sayangnya nggak semua orang sudah mengenal dengan pasti apa yang dia mau. Banyak yang nggak begitu kenal dengan diri sendiri. Bersyukurlah kalian yang tidak perlu membuang waktu lama dan melakukan banyak 'pencarian' hanya untuk menemukan diri sendiri. Karena di luar sana, banyak banget orang yang clueless dengan apa yang harus mereka lakukan even they have a job.

Jadiii, balik lagi, bersyukur aja sama semua yang kita alami. Sama, seperti tulisan terdahulu, akan selalu ada suatu pelajaran dari suatu kejadian. Tinggal pintar-pintarnya kita aja menerjemahkan itu semua.


Ya, pokoknya gitu deh ya....