Setelah beberapa lama menjadi pengguna jasa gojek, gue mendapat satu kesimpulan.
Driver Gojek Jakarta menetapkan "standar tinggi" dalammengangkut memilih penumpang.
Gimana ini maksudnya?
Dalam bahasa gue, gue menyebutnya mereka terlalu pemilih. Sebagai ibu kota, dan kota pertama, udah barang tentu gojek terbanyak bermukim di sini. Kalian tentu udah nggak asing sama pasukan hijau ini di setiap lampu merah (maupun bawah pohon). Ke mana pun kita pergi, noleh dikit pasti ada abang berhelm hijau jaket hijau, kadang motor hijau. Jadi, kalau ada kesimpulan Gojek terbanyak ada di Jakarta, yaaaaaaaa boleh lah ya?
Kantor gue ada di daerah Kuningan, se-tengah-kota itu, butuh waktu dua menit untuk find the driver, bahkan dapetnya kadang di seberang jalan. Jauh. Padahal, kalau liat di maps, di pinggiran gedung kantor juga ada mas hijau ini. Sementara, kalau gue order di rumah, ga sampe satu menit gue sudah menemukan "jodoh" gue, yang mau menerima gue apa adanya.
Rumah gue di Bekasi. Tau kan bekasi? Yang katanya butuh paspor itu.
Dari situlah kesimpulan tadi gue dapatkan.
Apa hipotesisnya? Entah. Mungkin karena warga bekasi nggak sombong? Nggak deng.
Mungkin karena permintaan di Jakarta tinggi banget, jadi si abang gojek memiliki banyak pilihan dan memilih yang mendatangkan rezeki lebih banyak bagi dia.
Jadi, apa faedah dari riset-nggak-penting ini? Nggak ada.
Namanya juga nggak penting.
Nggak usah pake faedah.
Driver Gojek Jakarta menetapkan "standar tinggi" dalam
Gimana ini maksudnya?
Dalam bahasa gue, gue menyebutnya mereka terlalu pemilih. Sebagai ibu kota, dan kota pertama, udah barang tentu gojek terbanyak bermukim di sini. Kalian tentu udah nggak asing sama pasukan hijau ini di setiap lampu merah (maupun bawah pohon). Ke mana pun kita pergi, noleh dikit pasti ada abang berhelm hijau jaket hijau, kadang motor hijau. Jadi, kalau ada kesimpulan Gojek terbanyak ada di Jakarta, yaaaaaaaa boleh lah ya?
Kantor gue ada di daerah Kuningan, se-tengah-kota itu, butuh waktu dua menit untuk find the driver, bahkan dapetnya kadang di seberang jalan. Jauh. Padahal, kalau liat di maps, di pinggiran gedung kantor juga ada mas hijau ini. Sementara, kalau gue order di rumah, ga sampe satu menit gue sudah menemukan "jodoh" gue, yang mau menerima gue apa adanya.
Rumah gue di Bekasi. Tau kan bekasi? Yang katanya butuh paspor itu.
Dari situlah kesimpulan tadi gue dapatkan.
Apa hipotesisnya? Entah. Mungkin karena warga bekasi nggak sombong? Nggak deng.
Mungkin karena permintaan di Jakarta tinggi banget, jadi si abang gojek memiliki banyak pilihan dan memilih yang mendatangkan rezeki lebih banyak bagi dia.
Jadi, apa faedah dari riset-nggak-penting ini? Nggak ada.
Namanya juga nggak penting.
Nggak usah pake faedah.
Bye.