Maaf Pak, Saya Mau Liat Mobil Pak Presiden Dulu

Seminggu ini, rasanya merupakan minggu keberuntungan untuk saya. Dua kali saya berhasil melihat mobil sang pemimpin negara yang terhormat. Tidak semua orang seberuntung saya bukan bisa melihat mobil sedan hitam mengkilat dengan plat RI 1 melenggang dengan damai di tengah ganasnya kemacetan Ibu Kota Jakarta?

Kejadian itu baru saya alami, kemarin, Kamis (14/11), ketika saya tengah menunggu bis untuk mengangkut saya kembali ke rumah di halte Komdak, kawasan Semanggi sepulangnya dari kegiatan perkuliahan. Menjelang long weekend, sudah pasti jalanan menuju kawasan pinggiran Ibu Kota dipadati oleh kendaraan. Pukul setengah tujuh malam, saya menunggu bis di halte komdak untuk mengangkut saya menuju Bekasi. Sudah barang tentu kendaraan susah, sekalinya ada yang lewat pasti kendaraan tersebut sudah berubah seperti kaleng sarden yang dipenuhi manusia, alhasil tak ada lagi tempat untuk saya masuk ke dalamnya.

Selama 45 menit saya menunggu, tiba-tiba jalan arteri mendadak tak ada lagi yang melintas. Yang terlihat hanya pemandangan antrean di dalam tol yang tak bergerak hampir 20 menit lebih. Di Luar tol saya melihat bahwa di kejauhan masih terdapat antrean kendaraan, namun mereka tidak bergerak. Akhirnya muncullah sirene biru dari kejauhan dan kemudian diikuti oleh "arak-arak"an lainnya dan kemudian sedan hitam berplat RI 1 melintas dengan bayang-bayang Pak SBY di dalamnya.

Hari Senin, di awal minggu adalah kejadian pertamanya. Senin sudah terkenal dengan kemacetannya yang sangat luar biasa hebat. Senin kemarin (12/11), saya tidak berhasil mendapatkan bis yang menangkut saya dari Bekasi menuju kampus. Alhasil, saya baru dapat bis pada pukul 06.15 yang menurut perkiraan saya, saya sampai di kampus paling telat pada pukul 08.00. Tidak terlalu terlambatlah untuk mengikuti kuliah Cyber Journalism yang dipimpin oleh Bapak Stanley. Semua berjalan sesuai perkiraan, sampai akhirnya saya berada di tol dalam kota dan kendaraan sama sekali berhenti di daerah Cawang. Hanya kendaraan dari arah Bogor yang lancar jaya. Pak Sopir pun berkata, "Emangnya cuma dari yang Ciawi saja apa yang mau kerja?"

Muncullah "arak-arak"an mobil bapak nomor satu di Indonesia itu dengan santai seolah menertawakan kendaraan dan angkutan umum yang jelek, pada dua puluh menit kemudian. Terlambat lima menit saja, waktu perkiraan bisa meleset jauh, apalagi perkiraan saya kali ini dihambat dua puluh menit akibat iring-iringan mobil Pak SBY yang bergegas untuk mengerjakan tugas yang sangat mulia! Sampailah saya di kampus pada pukul 8.30. Perkuliahan berakhir pada pukul 09.00. Rasanya sangat tidak etis untuk tetap masuk kedalam kelas, terlalu tidak tau malu.

Maaf ya Pak Stanley, saya tidak dapat masuk pada saat Bapak menerangkan tugas untuk membuat blog ini. Sebenarnya saya sangat ingin masuk pak, bukan hanya untuk mendapat ilmu, tetapi juga (tidak munafik) untuk absensi saya. Tapi apa boleh buat pak, Saya mau liat kerendahan hati Pak Presiden dulu, yang mobilnya sudi melewati antrean kendaraan rakyat biasa ditengah kemacetan yang luar biasa.Maaf Pak, Saya mau liat mobil pak presiden dulu!